Intermittent Fasting (IF) telah meraih popularitas yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir, terutama berkat dukungan dari pakar kesehatan ternama seperti Jason Fung. Konsepnya yang sederhana namun efektif telah menarik minat banyak orang yang mencari cara yang berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan mereka.
Latar Belakang Intermittent Fasting Menurut Jason Fung
Jason Fung, seorang nephrologist (spesialis ginjal) dan ahli dalam bidang manajemen berat badan, telah menjadi pionir dalam mendorong popularitas Intermittent Fasting. Dia menekankan pentingnya memahami bagaimana tubuh manusia secara alami dirancang untuk menangani periode puasa, dan bagaimana praktik ini dapat membantu memperbaiki metabolisme, mengurangi risiko penyakit, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan [1].
Pola Intermittent Fasting: Pola 16/8 atau 18/6
Pola Intermittent Fasting adalah pendekatan diet yang melibatkan pembatasan waktu makan dalam jendela tertentu, diikuti dengan periode puasa. Salah satu pola yang populer adalah pola 16/8 atau 18/6. Dalam pola ini, seseorang hanya makan dalam jendela waktu 8 jam, dan kemudian melakukan puasa selama 16 jam. Sebagai contoh, seseorang dapat memulai makan pada pukul 12 siang dan mengakhiri makan pada pukul 8 malam, lalu berpuasa hingga pukul 12 siang keesokan harinya. Atau, dapat mengakhiri makan pada pukul 6 sore, sehingga polanya menjadi 18/6, dengan 18 jam berpuasa dan 6 jam jendela makan [2].
Dalam pola ini, puasa yang dilakukan adalah puasa kesehatan. Selama periode puasa, diperbolehkan untuk minum air putih, kopi, atau teh tanpa gula. Hal ini membantu menjaga hidrasi dan meminimalkan rasa lapar selama periode puasa.
Pola Intermittent Fasting seperti 16/8 atau 18/6 telah menarik minat banyak orang karena kemudahannya diimplementasikan dalam rutinitas sehari-hari dan potensi manfaat kesehatannya yang signifikan.
Manfaat Intermittent Fasting, Termasuk Manfaat bagi Diabetes Tipe 2
- Penurunan Berat Badan: IF dapat membantu mengurangi asupan total kalori, yang pada gilirannya dapat menyebabkan penurunan berat badan yang signifikan.
- Peningkatan Metabolisme: IF telah terbukti meningkatkan tingkat metabolisme tubuh, membantu dalam pembakaran lemak yang lebih efisien.
- Perbaikan Sensitivitas Insulin: Dengan mengatur ulang siklus makan, IF dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, membantu mengurangi risiko diabetes tipe 2 [3].
- Penurunan Risiko Penyakit Jantung: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa IF dapat membantu menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol, dan faktor risiko lainnya yang terkait dengan penyakit jantung.
- Perbaikan Fungsi Kognitif: IF juga dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif dan perlindungan terhadap penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Intermittent Fasting bukanlah solusi ajaib, namun sebagai bagian dari gaya hidup sehat secara keseluruhan, ini dapat menjadi alat yang kuat untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Namun, seperti halnya dengan segala perubahan dalam diet dan gaya hidup, konsultasikan dengan profesional medis sebelum memulai program IF, terutama jika Anda memiliki kondisi medis yang sudah ada atau sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.
Referensi: [1] Fung, Jason. "The Obesity Code: Unlocking the Secrets of Weight Loss." Greystone Books, 2016. [2] Patterson, Ruth E., and Dorothy D. Sears. "Metabolic Effects of Intermittent Fasting." Annual Review of Nutrition 37 (2017): 371-393. [3] Antoni, Rona, et al. "Improvement of Insulin Sensitivity after Lean Donor Feces in Metabolic Syndrome Is Driven by Baseline Intestinal Microbiota Composition." Cell Metabolism 26.4 (2017): 611-619.
0 Comments